Selasa, 24 Juni 2008

handpone !!!



Dimana peran pendidikan
siswa-siswi melakukan free-sexs di dalam kelas, hanphone dan sejenisnya dijadikan alat untuk mempublikasikan suatu hal yang sangat tidak pantas yang dilakukan seorang pelajar.

Stop Aktivitas Seks Bebas!

"TIDAK" ada pesta seks yang kami lakukan dalam kelas. Yang terjadi, teman
saya berciuman dengan pacarnya dan difoto dengan handphone milik saya. Tapi,
saat itu juga fotonya langsung dihapus dan tidak disebarkan," demikian
diungkapkan Mawar (18) --bukan nama sebenarnya--, salah seorang pelajar dari
sebuah sekolah ternama di Cianjur yang diduga terlibat dalam perbuatan mesum
yang melibatkan belasan pelajar dan seorang guru, saat ditemui Minggu
(20/11) malam ("PR", 22 November 2005).

Miris. Satu kata yang bisa keluar dari benak belia kala membaca berita di
atas. Semenjak beredar VCD porno "Bandung Lautan Asmara" tahun 2001 lalu,
Kota Bandung semakin marak dengan beredarnya banyak VCD serupa. Kasus di
atas adalah salah satu yang paling gres dari sekian banyak VCD porno yang
beredar.

Fenomena seks bebas yang terjadi di masyarakat sekarang, ternyata enggak
hanya melibatkan orang-orang dewasa. Pelajar seperti Belia, bisa saja jadi
salah satu yang terlibat. Keterlibatan pelajar dalam fenomena seks bebas
ini, tentunya bikin semua pihak geregetan. Entah itu orang tua, guru, pemuka
agama, tokoh masyarakat, bahkan dari pihak pelajar sendiri.

Seks bebas memang jadi momok yang menakutkan, khususnya bagi kalangan orang
tua. Iya lah. Hari gini, siapa yang enggak khawatir atas fenomena yang satu
ini. Free sex atau yang lazim disebut dengan seks bebas, sebenernya hanya
istilah yang populer di Indonesia. Seenggaknya, itu yang dibilang oleh
Morita Falyati (24), Koordinator Youth Clinic MCR PKBI Jawa Barat.

"Secara harfiah, free sex itu bisa berarti bebas seks. Dalam artian tidak
melakukan hubungan seks sama sekali, atau hubungan seks pre marital alias
seks sebelum pernikahan," urainya. Jelasnya, seks bebas itu adalah hubungan
seksual yang dilakukan bukan hanya pada satu pasangan, baik laki-laki maupun
perempuan.

Coba deh, tanya sama diri sendiri. Pernah enggak, Belia melakukan hubungan
seksual? Eits, jangan salah paham dulu, ya. Hubungan seksual ternyata
mempunyai arti yang luas dan banyak. Enggak hanya intercourse, yang baru
boleh dilakukan setelah Belia menikah nanti. "Pegangan tangan dengan lawan
jenis, itu sudah termasuk hubungan seksual," ujar Mbak Morita. Nah lho!

Pegangan tangan, lebih lanjut Mbak Morita menjelaskan, sudah termasuk
aktivitas seksual paling ringan yang sering dilakukan remaja saat ini.
"Setelah pegangan tangan, ada tahap meraba, kemudian kissing, necking,
petting, dan diakhiri dengan intercourse," lanjutnya.

Tahapan yang dinilai mulai memasuki area berbahaya adalah kissing. "Kissing
ini juga terbagi dalam dua kategori. Kategori basah dan kering. Kissing
kering itu seperti ciuman ke pipi atau ke kening. Sedangkan kategori basah
itu ciuman mouth to mouth. Selanjutnya, ada yang disebut necking (saling
merangsang daerah leher ke bawah, dengan rabaan atau ciuman), petting
(saling menggesekkan alat kelamin, dengan atau tanpa pakaian), dan terakhir
intercourse.

Dengan melakukan salah satu aktivitas seksual tersebut, meski yang paling
ringan sekalipun, Belia bisa terbawa ke jenjang yang lebih intens. Mungkin
awalnya hanya pegang tangan. Kemudian cium kening. Tapi selanjutnya, mungkin
Belia bisa terbawa suasana, dan hal yang (tidak) diinginkan pun terjadi.

Kesenangan yang hanya sesaat. Kalimat itu mungkin tepat untuk remaja yang
pernah terjerumus ke dalam fenomena seks bebas ini. Kalau boleh men-judge,
tidak ada dosa yang tak berbalas. Sama kayak seks bebas ini. Awalnya terasa
indah, dan enggak terlupakan. Tapi implikasinya? Siapa yang bisa tahu
dampaknya buat Belia. "Enggak sedikit, pelaku seks bebas ini mengalami hamil
di luar nikah, terkena penyakit menular seksual, bahkan sampai tertular
virus HIV. Selain itu, yang mengalami trauma berkepanjangan gara-gara
ditinggal pacar setelah ML juga banyak," terang Mbak Morita.

Trauma pascamelakukan seks bebas ini memang lazim terjadi. "Kebanyakan
mereka yang melakukan, belum tahu, atau tidak mau tahu tentang bahayanya
melakukan hubungan seksual sebelum pernikahan. Keterbatasan pengetahuan
tentang seksual juga jadi salah satu penyebabnya," ungkap Mbak Morita lagi.

Selain itu semua, sifat mudah terpengaruh oleh orang lain dan ditambah
dengan rasa ingin tahu yang tinggi dari remaja, menambah maraknya kasus seks
bebas di kalangan remaja. Masalah seksualitas yang dulu dinilai tabu untuk
dibicarakan, ternyata sekarang malah dianggap penting untuk diketahui. "Seks
bebas ini kalau diibaratkan, seperti penyakit flu yang gampang menular.
Misalnya saja, satu orang bercerita kepada temannya tentang aktivitas
seksual yang dia lakukan dengan pacarnya, kemungkinan besar teman-teman yang
diceritain itu malah jadi kepengen," tambahnya.

Saat ini, pelajar SMA yang menghubungi MCR untuk konsultasi tentang masalah
seks bebas ini, didominsi oleh perempuan. "Tiga banding satu, lah. Cowoknya
lebih sedikit, mungkin karena buat mereka, akibatnya enggak terlalu kerasa,"
katanya. Risiko buat perempuan memang lebih berat lagi. Mesti menanggung
malu gara-gara mesti hamil di luar nikah, belum lagi kalau terdeteksi
mengidap penyakit menular seksual--ini bisa terjadi di kalangan laki-laki
juga. Bahkan, enggak sedikit juga perempuan yang terlanjur hamil di luar
nikah, memilih aborsi sebagai jalan pintas. "Ada yang setelah aborsi, baru
neghubungin kita untuk konsul. Terakhir, saya terima yang usia kandungannya
udah mencapai tujuh bulan," cerita Mbak Morita.

Risiko paling berat yang mungkin bakal diterima oleh pelaku seks bebas, tak
lain adalah tertular HIV dan kemudian AIDS. Yep. Salah satu media penularan
virus mematikan tersebut adalah dengan melakukan hubungan seksual tanpa
pengaman. Celakanya, jika seseorang tidak menyadari kalau dirinya tertular
virus HIV, dan kemudian dia melakukan hubungan seksual dengan orang yang
berbeda, berarti secara enggak langsung virus tersebut bisa menetap di
tubuhnya. Kalau sudah begini kan, jumlah orang yang tertular virus HIV bakal
semakin banyak.

Modu (26)--bukan nama sebenarnya, salah seorang yang tertular virus HIV
akibat menggunakan narkoba, adalah contoh orang yang ingin menyetop
penularan virus tersebut. Kepada belia, Modu pun cerita kalau aktivitas
seksualnya sekarang hanya sebatas kissing. Keinginan untuk menyetop
penularan virus HIV ini juga ada pada diri Bunga (23). Ibu satu anak yang
suaminya meninggal karena tertular virus HIV ini, juga sangat hati-hati
dalam melakukan aktivitas seksual.

Bunga--bukan nama sebenarnya juga-- enggak pengen kalau pasangan hidupnya
nanti, juga tertular virus yang lebih dulu nempel di tubuhnya. "Dulu, gua
mesti ngurusin suami yang sakit, sementara gua lagi hamil. Saat hamil lima
bulan pun, gua masih sakaw. Sampai akhirnya anak gua mesti lahir prematur,
dan sekarang dia juga tertular," ujarnya.

Whew, Modu dan Bunga mungkin enggak pengen memperbanyak jumlah orang yang
tertular virus HIV. Bayangin aja, data menunjukkan, jumlah orang yang
tertular virus ini di Jawa Barat mencapai angka 1310 orang. Padahal, bulan
Agustus 2004, data masih menunjukkan 1100 orang yang tertular.

"Bandung merupakan kota keempat setelah Papua, Jakarta, dan Bali yang paling
banyak odhanya. Dan Indonesia menempati peringkat ketiga setelah Afrika dan
India, yang tingkat pertumbuhan odhanya tinggi," ungkap dr. Nirmala. K, MHA,
seksi Diklat Tim Penanggulangan AIDS Perjan RSHS Bandung. Dari 220 juta jiwa
penduduk Indonesia, dipastikan 130.000 orang telah melaporkan kalau dirinya
tertular virus HIV, padahal, dr. Nirmala punya estimasi sekira 20.000 orang
yang telah tertular tetapi tidak melaporkan diri.

Data memang nunjukkin pertumbuhan odha semakin cepat di lingkungan kita.
Tapi bukan berarti kita enggak bisa menyetop atau memperlambat angka-angka
itu, kan? dr. Nirmala pun bilang kalau penularan HIV masih bisa cegah.
"Salah satunya dengan safe sex. Untuk yang akan menikah, bisa melakukan
konseling pranikah, dan VCT (voluntary counselling and testing) untuk yang
belum pernah terkena penyakit menular seksual, yang jadi pintu gerbang
masuknya virus HIV," jelas beliau.

Pencegahan kehamilan, infeksi menular seksual, mencegah penyakit hepatitis
B, akan secara tidak langsung mencegah pula masuknya virus HIV ke dalam
tubuh. "Tentunya, ditambah pengetahuan yang cukup tentang kesehatan
reproduksi remaja, itu cukup membantu untuk mencegah terjadinya hal-hal yang
tidak diinginkan," tambahnya.

"Saat di Cipanas saya dan dua temen ikut minum dan ngisep ganja. Kemudian,
dua teman saya dipakai tiga laki-laki yang dikenalkan oleh guru saya,
sedangkan saya sendiri dipaksa untuk melayani satu orang," ujar Mawar, yang
terakhir duduk di bangku kelas 2 SMA.

Nah, kalau sudah tahu banyak gini, masih mau beraktivitas
seks bebas, nggak? ***





Tidak ada komentar: